Berbicara mengenai performa brand di media sosial tentu tidak terlepas dengan hadirnya sebuah konten. Kehadiran konten mampu memberikan dampak yang signifikan untuk membuat sebuah brand tersebut berkembang.
Pada pembahasan sebelumnya mengenai pentingnya brand awareness, kita bisa menyimpulkan bahwa konten merupakan elemen terpenting dalam proses brand awareness di media sosial. Elemen inilah yang akhirnya akan menentukan berhasil tidaknya proses tersebut dalam mencapai tujuan bisnis.
Pada pembahasan kali ini, kita akan mencoba mempelajari bagaimana caranya mengukur kualitas sebuah konten. Sebelum berbicara lebih lanjut, ada baiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu maksud dan tujuan dalam membuat sebuah konten, khususnya di media sosial.

Maksud dan Tujuan Membuat Konten

Pada awalnya, konten diciptakan dengan tujuan untuk membangun hubungan komunikasi dua arah atau yang dikenal sebagai engagement. Dalam studi ilmu komunikasi, istilah komunikasi dua arah bisa disebut juga sebagai komunikasi interaksional seperti yang diungkapkan oleh ahli komunikasi, Wilbur Schramm pada 1954.
Pada proses komunikasi interaksional, masing-masing akan saling mengirim dan menerima pesan secara berkesinambungan. Melalui proses komunikasi tersebut, maka setiap orang akan mengetahui respons yang dikirim oleh pengirim pesan atau yang dikenal dengan istilah interaksi atau umpan balik (feedback). Ketika pengguna melakukan interaksi dengan pengguna lain, maka hubungan komunikasi pun telah berjalan dengan baik.

Mengukur Engagement di Media Sosial

Pada pembahasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa ciri-ciri konten yang baik adalah mampu membangkitkan hubungan komunikasi yang baik dengan audiensi. Ketika kita memiliki sebuah konten dan tidak terjadi interaksi, maka ada sesuatu yang salah terhadap konten yang kita buat. Akan tetapi, kita tidak usah terburu-buru dahulu untuk memutuskan bahwa konten tersebut tidak berkualitas.
Di media sosial itu sendiri, ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat engagement di setiap konten yang dimiliki yaitu jumlah audiensi dan jumlah interaksi.

Jumlah Audiensi

Audiensi sering dikenal dengan istilah follower atau pengikut yang memiliki akses untuk berinteraksi dengan kita melalui layanan yang disediakan oleh masing-masing media sosial. Dari segi fungsi, audiensi bisa digambarkan sebagai seorang pembaca. Semakin banyak orang yang membaca, maka semakin banyak pula orang melakukan interaksi dengan kita.
Lalu, permasalahan selanjutnya adalah bagaimana jika kita memiliki sedikit audiensi atau bahkan tidak sama sekali? Untuk menjawab hal tersebut, kita bisa melakukan uji kualitas konten terlebih dahulu.

Menguji Kualitas Konten Terhadap Audiensi

Kita bisa melakukan uji konten untuk melihat pertumbuhan audiensi. Pada tahap awal, pertama kita harus membuat konten berdasarkan jenis konten. Untuk memudahkan pembuatan konten, kita bisa melihat panduan mengenai jenis-jenis konten di media sosial.
Setelah kita menyiapkan konten, maka saatnya untuk memublikasikan konten tersebut secara bertahap. Dari sinilah kita bisa melihat dampak konten tersebut terhadap pertumbuhan audiensi. Selanjutnya, dari konten tersebut kita hitung pertumbuhan audiensi yang dimiliki.
Misalkan, pada hari pertama audiensi bertambah 2 pengguna, hari kedua bertambah 5 pengguna, dan hari ketiga bertambah menjadi 10 pengguna.
Ketika sebuah konten memiliki perkembangan yang positif, maka kita bisa memprioritaskan konten tersebut untuk membangun audiensi. Dalam tahap ini, kita bisa melakukan uji kualitas konten secara terus menerus. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi performa konten, baik itu dari segi tema, isi, dan gaya pembawaan konten tersebut.

Jumlah Interaksi

Social Media Interaction
cdn.amworldgroup.com
Interaksi pada dasarnya bisa juga disebut sebagai umpan balik (feedback). Interaksi inilah yang nantinya akan memengaruhi tingkat engagement selain pada jumlah audiensi di media sosial. Jika digambarkan, interaksi merupakan suatu nyawa yang mampu menentukan apakah konten tersebut hidup atau mati.
Sebuah konten akan dikatakan hidup, jika konten tersebut memiliki interaksi yang beragam di dalamnya. Di dalam interaksi inilah segala macam respons dan ekspresi akan muncul, seperti ekspresi marah, senang, dan ekspresi lainnya.
Kita juga bisa mengetahui ragam ekspresi tersebut berdasarkan kategori interaksi yang dimiliki oleh media sosial. Jika diklasifikasikan, terdapat 3 kategori interaksi yang sering digunakan oleh pengguna di media sosial, yaitu:
  1. Applause : Aktivitas pengguna yang dilakukan dengan menyukai konten tersebut
  2. Virality : Aktivitas pengguna untuk menyebarkan pesan kepada pengguna lain.
  3. Talk : Aktivitas memberikan komentar terhadap konten tersebut.
Dari 3 kategori interaksi tersebut akhirnya menjadi sebuah fitur interaksi yang sering kita gunakan saat ini, seperti tanda suka (Like), komentar (Comment), dan berbagi (Share). 3 fitur ini umumnya sering kita gunakan untuk mencerminkan respons dan ekspresi audiensi.
Sebagai contohnya, kita bisa melihat salah satu konten akun Presiden Indonesia di media sosial Twitter
Di dalam konten tersebut, kita bisa melihat beragam respons yang diberikan oleh audiensi, baik  itu pujian, krtitikan dan respon lainnya. Selain mengetahui respons audiensi, kita juga bisa menghitung bobot engagement yang dimiliki dari setiap konten. Fungsinya adalah untuk mengukur sejauh mana dampak interaksi yang diberikan dari konten tersebut. Semakin tinggi bobot engagement yang dimiliki, maka semakin tinggi juga dampak yang diberikan dari konten tersebut.
Jika kita melihat contoh  konten di atas, konten tersebut memiliki bobot engagement yang tinggi. Hal tersebut bisa kita lihat melalui jumlah interaksi yang dimiliki, mulai dari jumlah like, comment, dan share.
Dari sinilah kita bisa mengukur sendiri kualitas konten melalui bobot engagement. Dari data tersebut, kita bisa mengetahui konten mana saja yang mampu memberikan dampak interaksi yang tinggi terhadap brand di media sosial.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kita bisa membuktikan bahwa setiap konten yang kita buat memiliki dampak dan pengaruh terhadap audiensi di media sosial. Dari sini juga kita bisa menyimpulkan bahwa konten yang berkualitas haruslah memiliki bobot engagement yang tinggi dan mampu memberikan kontribusi pertumbuhan jumlah audiensi secara signifikan.
Hanya saja, seiring bertambahnya jumlah konten yang dimiliki, parameter tersebut akan sulit dihitung. Sebagai solusinya, kita membutuhkan sebuah tool untuk membantu kita dalam mengukur bobot engagement di media sosial. Dalam hal ini, NoLimit Dashboard mampu memfasilitasi kita untuk mengukur bobot engagement di media sosial. Melalui tool ini, kita akan dengan mudah mengukur bobot engagement melalui metrik-metrik analisisnya. Sehingga, segala informasi terkait perkembangan engagement di media sosial akan terukur melalui perhitungan yang akurat. Hasilnya, kita cukup menerima data yang dikelola oleh sistem sembari fokus untuk membuat konten yang berkualitas.

sumber